CB24.COM- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) tengah berupaya meningkatkan pemahaman pelaku pariwisata untuk pengembangan pariwisata di wilayah pedesaan.
Melalui inisiasi program yang didukung oleh Bank Dunia, saat ini tengah berlangsung Kampanye Sadar Wisata yang akan berlangsung hingga tahun 2023.
Kampanye Sadar Wisata menyasar para pelaku pariwisata di desa untuk memahami pilar pilar pengembangan pariwisata yang terdiri dari unsur Sapta Pesona, Pelayanan Prima dan CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environment Sustainability).
Dimulai sejak pertengahan Maret 2022 lalu, Kampanye Sadar Wisata yang terdiri dari tahapan mulai dari Sosialisasi, Pelatihan, Penyusunan Program Pengembangan Desa Wisata, Pendampingan, Penilaian dan Apresiasi ini, menyasar 65 Desa Wisata di tahun 2022 dan 90 Desa Wisata di tahun 2023.
Sejalan dengan adanya perubahan pola pengembangan pariwisata ini membuat para pelaku pariwisata harus menjadi penggerak wisata di desanya masing-masing, Plt. Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf, Frans Teguh mengatakan, para pelaku pariwisata tentu berharap para wisatawan merasa betah, nyaman, berkunjung dalam durasi yang lama bahkan akan datang kembali.
“Untuk itu aktivitas wisata yang ditawarkan harus memberikan pengalaman terbaik dan unik sehingga menarik bagi wisatawan,” kata Frans, dikutip Senin (20/6/2022).
Senada dengan itu, Analis Kebijakan Ahli Madya Kemenparekraf, Rinto Taufik Simbolon yang mewakili Direktorat Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Pariwisata, saat membuka sosialisasi Sadar Wisata yang berlangsung di Desa Liya Togo, Kecamatan Wangi Wangi Selatan, Kabupaten Wakatobi mengatakan, Desa Liya Togo telah menjadi salah satu dari 50 Desa Wisata terbaik di Indonesia pada tahun 2021 lalu.
“Maka Sosialisasi yang dilakukan di sini bertujuan agar masyarakat sebagai penggerak pariwisata benar-benar menjadi mandiri dalam melaksanakan atraksi pariwisata yang unik serta mempromosikan berbagai produk ekonomi kreatif kepada wisatawan yang berkunjung dengan berlandaskan prinsip Sapta Pesona, Pelayanan Prima dan CHSE,” ucap Rinto.
“Sekarang warga desa pemilik destinasi wisatanya, dan masyarakat menjadi tuan rumahnya. Konsep Desa Wisata ini membuat masyarakat tetap tinggal di desa dan wisatawan yang datang berkunjung ke desa. Menjadi penting bagi warga desa memberikan nilai tambah pada aktivitas pariwisata yang ada dengan layanan yang tulus,” lanjutnya.
sumber : Liputan6