CB24.COM- Sejumlah orang berkerah merah fokus memperhatikan laptop. Jari-jarinya sibuk Mengetik sangat cepat bahasa pemrograman komputer. Sudah hafal betul dengan bahasa coding.
Di depan mereka ada sebuah maket besar kota cerdas yang sudah terhubung dengan teknologi digital. Bisa dikendalikan lewat dunia maya hanya bermodal laptop, bahkan smartphone.
Hanya dengan koneksi internet, sebuah kereta api listrik bisa diberhentikan. Listrik perkotaan bisa mati total, kota menjadi lumpuh gelap gulita. Hal ini bisa terjadi di sebuah smart city bila keamanan siber jantung negara dibobol.
Tak terkecuali di Ibu Kota Nusantara (IKN) yang dicita-citakan menjadi smart city. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) sudah menaruh perhatian sejak dini terhadap keamanan siber IKN. Mereka membangun simulator kota cerdas yang terintegrasi dengan teknologi.
Tujuannya, untuk mengantisipasi serangan siber di IKN. Para personel BSSN berkerah merah dilatih menjaga keamanan dari serangan siber terhadap fasilitas publik nasional melalui simulator smart city itu. Mulai dari bandara, pusat perbelanjaan, kereta listrik, industri, gas station, dan pembangkit listrik.
Menurut BSSN, keamanan siber penting dijaga untuk sebuah kota cerdas. Lengah sedikit, ibu kota bisa lumpuh dengan kelihaian hacker-hacker anonim. Contohnya, pada kasus peretasan Suzuki Indonesia pada 15 Oktober 2021.
Suzuki Indonesia kala itu mengalami percobaan peretasan ke sistem internal mereka yang ada di pabrik dan sejumlah data konsumen. Alhasil, merek mobil dan motor asal Jepang tersebut menghentikan produksi mereka selama 2 hari.
Untuk mengantisipasi hal itu, sumber daya manusia BSSN dilatih sejak dini agar keamanan siber di IKN tidak tembus. Caranya lewat simulator smart city yang sudah disiapkan. Belajar bagaimana pola serangan siber masuk di smart city maupun cara menangkalnya.
“BSSN melihat tugas dan fungsi BSSN mengamankan ruang siber nasional termasuk mengamankan ruang siber di Ibu Kota yang akan dibangun,” kata Kepala BSSN Hinsa Siburian di Kantor Pusat Pengembangan SDM Sentul, Jawa Barat.
Pada prinsipnya, BSSN melatih SDM guna mengoperasionalkan sistem elektronik dengan bentuk apapun di ibu kota baru yang mengusung konsep smart city.
“Nanti ibu kota itu sistem elektroniknya apakah sama dengan simulator kita? pada prinsipnya yang kita latih ini adalah untuk menyiapkan supaya mereka bisa memgoperasionalkan apapun nanti bentuknya di ibu kota, makanya latihan kita ini bertahap bertingkat dan berlanjut,” jelas Hinsa.
Tak hanya itu, BSSN juga melatih personelnya khusus Cyber Security Online Simulation Platform. Berbicara tentang keamanan siber terdapat dua istilah, yaitu blue team dan red team. Pelatihan ini juga dilakukan di Pusbang BSSN.
Secara sederhana, blue team dikenal sebagai tim internal yang bertugas melakukan pencegahan serta perlindungan terhadap kemungkinan serangan siber. Bisa dikatakan blue tim merupakan defensif tim.
Maka, dibutuhkan red team sebagai sisi lain dari blue team. Red team bertugas mencari celah dan membobol suatu sistem atau bisa dikatakan tim penyerang.
Red team akan melakukan tes terhadap sistem yang dibuat dan menguji kemampuan dari blue team sendiri. Setidaknya, kombinasi kedua tim itu dapat memperkecil kemungkinan celah yang ada.
“Kalau kami di pendidikan di Pusbang SDM di pelatihan itu kita kerangka pelatihan blue teamnya dan red teamnya. Kalau dalam konteksnya pelatihan, pelatihan red team kurang lebihnya gimana caranya kita memberikan materi tentang menyerang itu seperti apa,” kata Widyaiswara Pusbang BSSN, Amrizal Arif.
“Kemudian kalau blue timenya bagaimana menghadapi serangan serangan yang dilakukan oleh red time itu,” terangnya.
sumber : Merdeka.com