CB24.COM- Rencana Arab Saudi untuk membuat ibadah Haji dapat dilakukan di metaverse memicu kontroversi. Banyak pihak menyebut itu tidak akan dianggap sebagai “haji yang sebenarnya”.
Suara penolakan juga disampaikan pihak Kepresidenan Urusan Agama Turki (Diyanet).
Diskusi dimulai ketika Arab Saudi membawa situs paling suci umat Islam ke zaman metaverse dengan inisiatif baru pada Desember 2021.
Dengan metaverse, umat muslim disebut memungkinkan untuk melihatnya secara virtual. Melihat kota Mekah dari rumah mereka.
Metaverse menyebutnya “Virtual Black Stone Initiative” di mana pengguna dapat melihat Hajr Aswad secara virtual.
Namun, inisiatif tersebut menimbulkan kontroversi di antara beberapa Muslim di seluruh dunia yang mempertanyakan apakah “haji di metaverse” dapat dianggap sebagai “ibadah yang nyata.”
“Haji di metaverse ini tidak dapat terjadi,” kata Remzi Bircan, direktur Departemen Layanan Haji dan Umrah Diyanet.
“Orang-orang beriman dapat mengunjungi Ka’bah di metaverse, tetapi itu tidak akan pernah dianggap sebagai calon haji yang nyata,” katanya dan menambahkan: “Kaki orang harus menyentuh tanah suci.”
Sumber: liputan6.com