JAMBI(CB24) – Bak petir di siang bolong, pernyataan Siswanto, anggota DPRD Tebo dari Partai PKS dihadapan masyarakat Rimbo Bujang saat melakukan sosialisasi Calon Bupati Tebo, Agus Rubiyanto beberapa hari lalu terkesan menapikkan peran para pemimpin Tebo yang bukan berasal dari Rimbo Bujang yang dinilainya tidak memperhatikan pembangunan di Kecamatan Rimbo Bujang, Rimbo tengah dan Rimbo ilir.
Pernyataan Siswanto tidak saja mengecilkan peran para pemimpin Tebo sebelumnya yang bukan berasal dari Rimbo Bujang, namun juga telah menanamkan bibit permusuhan antara masyarakat Tebo di Kecamatan Rimbo Bujang dengan masyarakat Tebo di luar Kecamatan Rimbo Bujang, Rimbo Tengah dan Ilir.
Pernyataan Siswanto ini diperparah lagi dengan pernyataan Agus Rubiyanto (Calon Bupati Tebo) yang meremehkan fungsi Wakil Bupati yang menurutnya tidak ada gunanya yang diungkapkannya dalam bahasa jawa dihadapan masyarakat yang hadir dalam acara sosialisai dirinya tersebut sehingga hal inilah yang menjadi alasan dirinya maju menjadi Bupati Tebo untuk membangunan Rimbo Bujang.
Pernyataan Agus ini seperti menggambarkan sosok dirinya yang sangat haus dengan kekuasaan dan akan mengambil alih semua kewenangan wakilnya kelak.
Sontak pernyataan Siswanto dan Agus ini mendapat reaksi keras dari para tokoh masyarakat Tebo, baik yang ada di Kabupaten Tebo, maupun yang ada di Kota Jambi.
Tokoh muda Tebo yang juga Ketua OKK Persatuan Masyarakat Tebo (PERMATO), M. Chudori mengktirik keras pernyataan Agus tersebut dengan mengatakan bahwa Kabupaten Tebo bukan hanya Kecamatan Rimbo Bujang, namun ada 12 kecamatan yang ada di Kabupaten Tebo.
“Tebo ini bukan hanya Rimbo Bujang, tapi ada 12 Kecamatan di Kabupaten Tebo. Jadi terlalu naïf jika ingin maju menjadi Bupati hanya untuk membangun satu kecamatan saja,” ujarnya.
Lebih lanjut dikatakannya, masyarakat asli Tebo yang umumnya berada disepanjang aliran sungai Batanghari sebenarnya sangat nasionalis dan menerima dengan tulus kehadiran masyarakat di Kecamatan Rimbo Bujang yang nota bene masyarakat luar Jambi sebagai transmigran dari pulau Jawa namun hidup damai dibawah kepemimpinan Madjid Mu’az sebagai Bupati pertama Kabupaten Tebo yang membangun Tebo secara merata di semua kecamatan tanpa membedakan suku dan agama.
“Masyarakat asli Tebo sangat nasionalis, ini dibuktikan dengan tidak adanya penolakan terhadap warga pendatang (transmigrasi) yang ditempatkan di Rimbo Bujang sejak awal kedatangan mereka hingga saat ini. Jadi, jangan hanya untuk kepentingan pencalonan Bupati malah mengeluarkan statement yang justru mengecilkan peran pemimpin Tebo yang bukan berasal dari Rimbo Bujang,” ungkap Chudori.
Bahkan dengan lantang tokoh Pers Jambi ini mengatakan, sangking demokrasinya Pak Madjid, ia bahkan menjadikan Sukandar (warga Rimbo Bujang) sebagai wakilnya saat dirinya menjadi calon Bupati hingga akhirnya Sukandarpun menjadi Bupati atas kesempatan yang diberikan oleh Madjid Muaz.
“Sebenarnya kita sudah melupakan soal sukuisme dan kepentingan sempit tersebut. Jadi jangan saat ini hal itu malah dimunculkan kembali,” tukasnya.
Selain Chudori, Kecaman juga datang dari Ketua Umum PERMATO, Hamdan, SH. MSi. Tidak hanya kepada Siswanto dan Agus Rubiyanto, Hamdan justru mendukung langkah Lembaga Adat melayu Tebo untuk memproses secara adat Baik Siwanto maupun Agus yang telah merendahkan derajat orang Tebo diluar Rimbo Bujang.
“ Selaku Ketua Permato, saya mengecam keras pernyataan Siswanto dan Agus tersebut. Untuk itu kami mendukung langkah LAM Tebo untuk memproses secara adat kedua orang ini. Kami juga mendukung langkah masyarakat Tebo yang melaporkan persoalan ini kepada pihak kepolisian. Dukungan ini kami berikan agar siapapun yang akan jadi pemimpin Tebo tidak berpikiran sempit dan picik untuk meraih dukungan,” ujarnya.
Semoga hal ini dapat menjadi pelajaran bagi semua pihak agar berhati-hati dalam berbicara. Jangan untuk kepentingan sesaat malah mengorbankan kepentingan yang besar. Terjalinnya rasa persatuan dan kesatuan antar anak bangsa, jauh lebih penting dibanding dukungan sesaat kepada calon kepala daerah. (Jai)