CB24.COM– Bruder adalah biarawan awam dalam artian hidupnya membiara tidak menikah namun bukan bertugas sebagai Imam atau pemimpin dalam ibadah liturgis gereja katolik. Para bruder umumnya berkarya dalam bidang pendidikan ataupun kesehatan serta Pertanian, dll
Dalam kesempatan ini awak media mencoba sedikit melihat kegiatan dari sosok Bruder Matius Sumarjo, SCJ yang berada di Pondok Kristopel Jambi.
Terlihat Bruder Sumarjo sangat sibuk memilah sampah organik. Saat ditemui Bruder Sumarjo menjelaskan bahwasannya salah satu “sampah” yang sering berada di rumah adalah “sampah” organik. Kita bisa mengganti sebutan “sampah” organik menjadi sisa organik, karena ternyata sisa organik mempunyai banyak sekali manfaat jika diolah dengan benar, misalnya dibuat menjadi pupuk kompos atau dibuat menjadi eco-enzyme. Kalau kita sudah familiar terhadap pupuk kompos, lain halnya dengan eco-enzyme. Ternyata, banyak juga teman-teman yang masih belum mengenal eco-enzyme beserta manfaatnya. Yuk kita mengenal lebih jauh tentang eco-enzyme dan cara membuat eco-enzyme bersama Bruder Matius Sumarjo, SCJ.
“Secara sadar atau tidak, sampah seperti buah buahan yang sudah membusuk, dedaunan, batang pisang, tissue, susu yang sudah expayet atau kadaruarsa, itu bisa dijadikan sesuatu yang sangt bermanfaat bagi tanaman” ungkap Bruder Sumarjo. Jumat,(17/5/2024)
Bruder juga menambahkan Rumah tangga merupakan salah satu penghasil sampah organik. Sampah organik adalah sampah yang berasal dari sisa-sisa makhluk hidup yang dapat terurai dengan mudah, secara alami tanpa perlu menjalani proses campur tangan manusia. Contoh sampah organik yang dihasilkan dari rumah tangga adalah buah-buahan, sisa makanan, sayur-sayuran, air cucian beras, dedaunan kering, minyak bekas, dan kotoran hewan.
“Sampah organik yang dibiarkan menumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dapat membuat lingkungan menjadi bau, serta akan menghasilkan gas metana yang berpotensi membuat ledakan. Sampah organik dari rumah tangga ini mempunyai banyak manfaat apabila diolah dengan benar dan tepat. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengolah sampah organik, yaitu menjadikannya sebagai pupuk organik, kompos, biogas, pakan hewan atau ternak, kerajinan tangan, dan eco enzyme” tambah Bruder.
Membahas mengenai sampah organik yang diolah menjadi eco enzyme. Apa sih eco enzyme itu? Apa saja manfaatnya? Lalu, bagaimana cara membuat eco enzyme? Simak penjelasannya yang telah rangkum melalui berbagai sumber.
Mengutip melalui buku berjudul Modul Belajar Pembuatan Eco Enzyme (2022), Eco enzyme adalah cairan alami hasil dari fermentasi sampah organik seperti, gula atau molase, sisa buah atau sayuran, dan air (pembuangan AC, air hujan, air keran) yang memiliki banyak kegunaan.
Penemu dari eco enzyme adalah Dr. Rosukon Poompanvong. Beliau adalah seorang pendiri Asosiasi Pertanian Organik Thailand dan sudah melakukan penelitian sejak tahun 1980-an.
Mengapa Perlu Eco Enzyme?
Kamu mungkin bertanya-tanya, mengapa kita perlu membuat eco enzyme? Pada dasarnya, 70% sampah yang terbuang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) adalah sampah organik. Sampah organik yang ada di TPA, menimbulkan bau yang tidak sedap bagi lingkungan sekitarnya, mengurangi tingkat daur ulang plastik, dan memberi resiko dari terjadinya ledakan TPA.
Pembusukan sampah organik, biasanya akan menghasilkan gas metana. Gas inilah yang bisa memicu terjadinya ledakan. Seperti tragedi ledakan yang terjadi di TPA Leuwigajah Bandung pada 2005 yang menghilangkan sekitar 157 nyawa, 2 desa, 137 rumah, dan sekitar 8,4 hektare lahan pertanian. Dengan membuat eco enzyme, berarti kita sudah berhasil mengolah sebagian besar dari sampah yang dimiliki sehingga mengurangi beban TPA.
Manfaat Eco Enzyme
Dilansir melalui Kementrian Kesehatan, ada 4 manfaat dari penggunaan eco enzyme, yaitu:
1. Sebagai Cairan Pembersih Serbaguna
Cairan yang dihasilkan melalui pengolahan eco enzyme, bisa digunakan dalam kegiatan rumah tangga seperti, membersihkan rumah, membersihkan baju, dan bahkan bisa untuk mencuci buah dan sayur. Dengan menggunakan eco enzyme, berarti menghindari penggunaan bahan kimia. Contoh dari kegunaan eco enzyme dalam rumah tangga:
Menghilangkan bau busuk, jamur, dan kotoran yang ada di dapur maupun kamar mandi
Anti bakteri dan virus
Membantu mengusir serangga
Menghilangkan bau dari hewan peliharaan
Membantu menghilangkan kutu.
Cara aplikasi eco enzyme untuk bersih-bersih rumah yaitu, campurkan cairan eco enzyme dengan air. Waktu penyimpanannya hanya 7 hari, hal ini dikarenakan, bakteri akan tumbuh pada air dan merusak larutan pembersih.
2. Sebagai Pupuk Tanaman
Eco enzyme juga memiliki manfaat sebagai pupuk tanaman. Cairan eco enzyme berfungsi dalam menyuburkan tanah dan tanaman, menghilangkan hama, serta dapat membantu meningkatkan kualitas dari buah dan sayuran. Cara pengaplikasian eco enzyme yaitu dengan mencampurkan 30 ml cairannya dengan 2 liter air, kemudian semprotkan atau siram pada tanah atau tanaman.
Untuk menggunakan cairan eco enzyme, harus dicampurkan dengan air, hal ini dikarenakan, jika menggunakan 100% cairan eco enzyme dapat mengubah tanah menjadi asam dan tanaman akan terbakar dari dalam.
3. Sebagai Pengusir Hama
Eco enzyme sangat efektif dalam mengusir hama tanaman. Selain mengusir hama, eco enzyme juga bisa digunakan untuk mengusir hewan-hewan di sekitar rumah yang cukup mengganggu, seperti semut, lalat, kecoa, nyamuk, dan serangga lainnya. Cara pengaplikasian eco enzyme untuk hama yakni, dengan cara mencampurkan 500 ml air ke dalam 15 ml cairan eco enzyme. Lalu semprotkan pada area yang diinginkan.
4. Membantu dalam Melestarikan Lingkungan
Eco enzyme juga bermanfaat dalam melestarikan lingkungan. Kenapa demikian? Hal ini dikarenakan, eco enzyme mengandung senyawa yang sangat baik bagi lingkungan. Hal ini sangat berbeda dengan produk pembersih yang dijual secara komersial. Produk pembersih umumnya mengandung senyawa kimia yang tidak bersahabat bagi manusia maupun lingkungan.
Senyawa kimia tersebut yaitu, amonia, klorin, fosfat, nitrat, dan senyawa lainnya. Dengan menggunakan produk pembersih komersial, akan mencemari lingkungan, tanah, dan udara. Sedangkan, penggunaan dari 1 liter cairan eco enzyme, diklaim oleh peneliti mampu membersihkan air sungai.
Eco enzyme sangat mudah untuk dibuat. Lama pembuatan dari eco enzyme tergantung pada wilayah. Jika wilayah tropis dibutuhkan waktu 3 bulan, sedangkan untuk wilayah sub-tropis, dibutuhkan waktu 6 bulan. Dilansir melalui laman Enzymesos, berikut ini cara membuat eco enzyme:
Alat dan Bahan
Sampah organik seperti: Sisa buah dan sayur sebelum dimasak, gula aren, gula kelapa, molase cair, atau molase kering, air pembuangan AC, air galon, air keran, air hujan, dan air sumur
Siapkan alat berupa wadah atau kontainer kedap udara.
Langkah Membuat Eco Enzyme
Siapkan wadah plastik kedap udara. Jangan gunakan wadah kaca atau logam yang tidak memungkinkan terjadinya pemuaian, karena proses fermentasi eco enzyme akan menghasilkan gas.
Larutkan gula dalam air, kemudian tambahkan sampah dapur. Gunakan hanya ampas buah dan sayuran. Hindari makanan yang dimasak berminyak, sisa ikan atau daging. Untuk membuat eco enzim yang berbau segar, tambahkan kulit jeruk, lemon, atau daun pandan.
Sisakan ruang udara untuk fermentasi.
Pastikan wadahnya kedap udara.
Selama bulan pertama, gas akan dilepaskan selama proses fermentasi, lepaskan tekanan yang terbentuk di dalam wadah agar tidak pecah.
Dorong ampas yang mengambang ke bawah sesekali.
Tempatkan di tempat yang sejuk, kering, dan berventilasi baik. Hindari sinar matahari langsung. Biarkan berfermentasi setidaknya selama 3 bulan sebelum digunakan. Saring dan siap digunakan.
Setelah 3 bulan, keluarkan airnya dan sisakan endapannya saja. Endapan dapat dikeringkan untuk dijadikan pupuk atau dibiarkan untuk fermentasi berikutnya.
Warna ideal dari eco enzyme adalah coklat tua. Jika warnanya berubah menjadi hitam, tambahkan gula merah dalam jumlah yang sama untuk memfermentasikannya kembali.
Abaikan saja jika terdapat lapisan putih pada eco enzyme. Jika menemukan cacing di dalam wadah, biarkan selama beberapa saat, dan tutup dengan rapat.
Jika belum mengumpulkan cukup banyak sampah dapur, dapat mengisi wadah secara bertahap. Periode fermentasi 3 bulan, dimulai dari hari terakhir menambahkan sampah dapur.
Semakin lama waktu yang dibutuhkan, semakin baik pula hasil yang akan didapatkan. Sebaiknya tidak menyimpan eco enzyme di dalam kulkas. Jika setiap rumah tangga memanfaatkan sampah mereka untuk menghasilkan eco enzyme yang ramah lingkungan, hal ini dapat menghentikan sampah dapur mencemari tanah dan mengurangi pemanasan global.
Pada kesempatan yang sama Bruder Matius Sumarjo, SCJ pun membuka ruang kepada siapapun yang ingin belajar terutama anak- anak usia dini yang ingin mengetahui lebih dalam terkait proses pembuatan Pupuk Kompos atau Organik maupun pembuatan eco enzyme, harapannya kedepan Bruder Sumarjo kepada masyarakat bisa memanfaatkan sisa makanan ataupun sampah organic menjadi sesuatu yang bermanfaat.