CB24.COM- Jelang Hari Lingkungan Hidup Sedunia, isu keberlanjutan makin sering terdengar gaungnya ke berbagai industri, termasuk fesyen. Bahkan untuk busana muslim, konsumen kian menaruh perhatian lebih akan busana-busana yang berbahan yang lebih ramah lingkungan.
“Dengan sifat konsumen yang sekarang ini cenderung menggunakan bahan yang ramah lingkungan, kami sebagai desainer modest atau busana muslim tentu mengikuti tren tersebut,” kata desainer busana muslim Jeny Tjahyawati dalam konferensi pers virtual Cotton USA dan U.S. Cotton Trust Protokol in the Muslim Fashion Wear Industry pada Selasa, 31 Mei 2022.
Jeny melanjutkan bahwa mengikuti tren tersebut dengan mendesain busana yang cocok bahannya ramah lingkungan, nyaman digunakan, dan berkelanjutan dengan tetap berkualitas baik. Meski begitu, dalam prakteknya, Jeny bukan tidak menghadapi tantangan.
“Tantangan yang dihadapi saat ini memang kita perlukan seperti bahan-bahan yang sustainable, yang nyaman dipakai itu yang kita masih kesulitan sebagai desainer, dengan adanya Cotton US ini kita sangat terbuka, bahan-bahan Cotton US itu berkualitas tinggi, nyaman, dan sustainable,” lanjutnya.
Selain itu, Jeny juga menjelaskan perbedaan busana berbahan berkelanjutan dan tidak. “Kalau yang tidak sustainable kebanyakan bahan sintesis, kalau sustainable bahannya sudah kelihatan jadi bahannya menyerap keringat dan bahannya ringan,” ungkap Jeny Tjahyawati.
Jeny turut menerangkan bahwa busana berbahan ramah lingkungan akan lebih mudah perawatannya. Menurutnya, penting untuk menghadirkan busana muslim yang nyaman terlebih Indonesia memiliki iklim tropis.
“(Busana) yang tidak sustainable itu dipakainya sangat tidak nyaman. Sekarang busana muslim, apalagi iklim Indonesia di daerah tropis itu sangat membutuhkan untuk bahan yang nyaman dipakai, seperti juga tidak hanya pakaian juga tentunya scarves atau hijab yang dipakai untuk busana muslim,” ungkap Jeny.
Pemilik PT Mitra Busana Sentosa (Brand Salt n Pepper), Subsidiary PT Pan Brothers Tbk, Eugene Budiman menjelaskan bahwa keberlanjutan adalah kewajiban sebagai umat manusia untuk lingkungan dan kelestarian Bumi. Hal tersebut termasuk dengan cara berpakaian.
“Juga harus diperhatikan supaya limbah-limbah yang dihasilkan dari pakaian kita atau pakaian bekas kita harus bisa diserap dan diperbaharui lagi oleh Bumi kita. Itulah bagian dari tanggung jawab kita menjaga kelangsungan umur dari Bumi ini,” terang Eugene.
Pekan mode Tanah Air juga tak jarang memamerkan karya desainer yang mengusung konsep keberlanjutan. Salah satunya adalah pekan mode bergengsi Jakarta Fashion Week (JFW) 2022 yang digelar pada 25–28 November 2021.
JFW 2022 menampilkan presentasi fesyen dari 74 desainer dan jenama mode lokal. Sebut saja koleksi bertema ‘Sahara’ dari Nur Azizah yang diambil dari bahasa Arab berarti padang pasir yang biasanya identik dengan wilayah gersang yang tak berpenghuni.
Dengan pemilihan warna gurun yang berdominan cokelat dan penggunaan warna netral seperti krem, terrecota, dan salem yang akan memberi kesan hangat dan nyaman. Warna ini juga merupakan sebuah pondasi kekuatan hidup. Sahara juga merupakan sebuah koleksi yang mengusung fesyen berkelanjutan. Desainnya timeless, cocok untuk berbagai acara dan mudah di-mix and match dengan pakaian lain.
Bahan bahan yang digunakan bersifat ramah lingkungan, seperti linen dan tancel. Koleksi Sahara ini bertujuan untuk memberikan contoh konsep sustainable sebagai jawaban terhadap fesyen berlanjutan dan kelestarian lingkungan.
Desainer Ali Charisma terus menggaungkan pentingnya sustainable fashion atau fesyen berkelanjutan. Aksi nyatanya terwujud dari beragam kegiatan yang turut mendukung konsep tersebut dan juga soal membantu sesama.
“Konsep yang saya percaya bahwa sustainable untuk industri fashion bukan sekadar branding. Sustainable saya yakin baik untuk kita manusia, alam, untuk bisnis kita ke depannya,” kata Ali Charisma dalam gelaran virtual Sustainability & Charity Event, Jumat, 26 Februari 2021.
Ia melanjutkan, nantinya produk sustainable dalam artian sustainable fashion akan sangat banyak diminati, baik di Indonesia dan global. Spirit ini turut dibarengi dengan aksi sosial sang desainer dalam menggalang dana seragam sekolah untuk anak-anak di pelosok negeri.
Ali mendonasikan lebih dari 1.000 outfit dari koleksi fashion show yang pernah ia rancang, seperti casual wear, evening/cocktail wear, dan gaun pengaantin. Kegiatan amal ini bertujuan agar koleksi busana itu tak hanya di tempat workshop, namun dapat bermanfaat bagi mereka yang membutuhkan.
sumber : Liputan6